Thursday, 18 February 2021

Kelas X. Klasifikasi Iklim

 

Tipe Macam Iklim Matahari, Iklim Koppen, Iklim Schmidt – Fergusson, Iklim Oldeman, Iklim F. Junghuhn. Terjadinya kondisi iklim yang bervariasi di muka bumi, disebabkan rotasi dan revolusi bumi, serta adanya perbedaan garis lintang dari setiap region di dunia. Beberapa macam iklim, antara lain sebagai berikut. 

 1. Iklim Matahari

Klasifikasi iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya intensitas sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Tempat-tempat yang lintangnya tinggi lebih sedikit daripada tempat-tempat yang lintangnya rendah.



Berdasarkan iklim matahari, bumi dibagi menjadi lima daerah iklim, yaitu sebagai berikut.

a. Daerah Iklim Tropis : 0° – 23,5° LU/LS

b. Daerah Iklim Subtropis : 23,5° – 40° LU/LS

c. Daerah Iklim Sedang : 40° – 66,5° LU/LS

d. Daerah Iklim Dingin : 66,5° – 90° LU/LS


2. Iklim Koppen

 Koppen membuat klasifikasi iklim berdasarkan data temperatur udara dan endapan yang dihubungkan dengan kelompok-kelompok tanaman. Iklim ini paling banyak dipergunakan orang. Klasifikasinya berdasarkan curah hujan dan temperatur.

 Koppen membagi iklim dalam lima daerah iklim dan dinyatakan dengan simbol huruf.

a. Iklim A - Iklim Hujan Tropis (Tropical Climate)

Ciri-cirinya temperatur bulan terdingin tidak kurang dari 18° C, curah hujan tahunan tinggi, rata-rata lebih dari 70 cm/tahun. Jenis vegetasi beraneka ragam.

b. Iklim B - Iklim Kering/Gurun (Dry Climate)

Ciri-cirinya terdapat di daerah gurun atau semiarid (steppa), curah hujan terendah 25,5 mm/tahun. Tingkat penguapan tinggi.

c. Iklim C - Iklim Sedang (Warm Temperate Climate)

Temperatur bulan terdingin berkisar 18° C sampai –3° C.

d. Iklim D - Iklim Salju atau Mikrothermal (Snow Climate)

Suhu rata-rata bulan terpanas lebih dari 10° C, sedangkan suhu ratarata bulan terdingin –3° C.

e. Iklim E - Iklim Kutub (Ice Climate)

 Terdapat di derah Arctic dan Antartika. Suhu tidak pernah lebih dari 10° C. Tidak memiliki musim panas yang benar-benar panas.



Berdasarkan klasifikasi Koppen, sebagian besar wilayah Indonesia beriklim A, di daerah pegunungan beriklim C, dan di Puncak Jaya Wijaya beriklim E. Tipe iklim A dibagi menjadi tiga subtipe yang ditandai dengan

huruf kecil yaitu f, w, dan m sehingga terbentuk tipe iklim Af (iklim tropic basah), Aw (iklim basah tropik), dan Am (iklim basah tropik dengan musim kering yang singkat).

Rincian pembagian iklim Koppen secara mendalam adalah sebagai berikut.

a. Af = iklim hujan tropik

b. Aw = iklim sabana tropik

c. Bs = iklim stepa

d. Bw = iklim gurun

e. Cf = iklim hujan sedang, panas tanpa musim kering

f. Cw = iklim hujan sedang, panas dengan musim dingin kering

g. Cs = iklim hujan sedang, panas dengan musim panas yang kering

h. Df = iklim hujan salju tanpa musim kering

i. Dw = iklim hujan salju dengan musim dingin yang kering

j. Et = iklim tundra

k. Ef = iklim salju


3. Iklim Schmidt – Fergusson

 Cara perhitungan pembagian iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan perhitungan jumlah bulan-bulan terkering dan bulan-bulan basah setiap tahun kemudian dirata-ratakan. Untuk menentukan bulan basah dan bulan kering dengan menggunakan metode Mohr.

Menurut Mohr suatu bulan dikatakan:

a. bulan kering, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya kurang dari 60 mm;

b. bulan basah, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya lebih dari 100 mm;

c. bulan lembap, yaitu bulan-bulan yang curah hujannya antara 60–100 mm.


 Penentuan iklim Schmidt-Fergusson dapat ditentukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut.


 

Makin besar nilai Q, berarti iklimnya semakin kering dan semakin kecil nilai Q, iklim semakin basah. Schmidt dan Fergusson menggolongkan tipe-tipe iklim sebagai berikut. Perhatikan Tabel 4.3.



4. Iklim Oldeman


 Seperti halnya metode Schmidt-Ferguson, metode Oldeman (1975) hanya menggunakan unsur curah hujan sebagai dasar dari klasifikasi iklim. Bulan basah dan bulan kering secara berturut-turut dihubungkan dengan pertanian untuk daerah-daerah tertentu. Oleh karenanya penggolongan iklimnya dikenal dengan sebutan zona agroklimat (agro-climatic classification). Misalnya, jumlah curah hujan sebesar 200 mm setiap bulan dipandang cukup untuk membudidayakan padi sawah. Untuk sebagian besar palawija, jumlah curah hujan minimal yang diperlukan adalah 100 mm tiap bulan. Musim hujan selama 5 bulan dianggap cukup untuk mem budidayakan padi sawah selama satu musim.


 Dalam metode ini, bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang memiliki jumlah curah hujan sekurang-kurangnya 200 mm. Meskipun lamanya periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh jenis padi yang digunakan, periode 5 bulan basah berurutan dalam satu tahun dipandang optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah, petani dapat menanam padi sebanyak 2 kali masa tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan, petani tidak dapat membudidayakan padi tanpa adanya irigasi tambahan.

 

Berikut ini adalah tipe-tipe iklim menurut Oldeman.

Iklim A : Jika terdapat lebih dari 9 bulan basah berurutan.

Iklim B : Jika terdapat 7–9 bulan basah berurutan.

Iklim C : Jika terdapat 5–6 bulan basah berurutan.

Iklim D : Jika terdapat 3–4 bulan basah berurutan.

Iklim E : Jika terdapat kurang dari 3 bulan basah berurutan.


Bulan basah, lembap, dan kering yang digunakan Oldeman adalah sebagai berikut.

a. Bulan basah jika curah hujan lebih dari 200 mm.

b. Bulan lembap jika curah hujannya berkisar antara 100 - 200 mm.

c. Bulan kering jika curah hujannya kurang dari 100 mm.


5. Iklim F. Junghuhn

Junghuhn mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertical sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan, seperti yang terlihat pada gambar.


 



Pembagian daerah iklim tersebut adalah sebagai berikut.

a. Daerah Panas/Tropis

Tinggi tempat : 0–600 m di atas permukaan laut.

Suhu : 22° C–26,3° C.

Tanaman : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa.

b. Daerah Sedang

Tinggi tempat : 600 m–1500 m di atas permukaan laut.

Suhu : 17,1° C–22° C

Tanaman : padi, tembakau, teh, kopi, kina, sayur-sayuran.

c. Daerah Sejuk

Tinggi tempat : 1500–2500 m di atas permukaan laut.

Suhu : 11,1° C–17,1° C

Tanaman : kopi, teh, kina, sayur-sayuran.

d. Daerah Dingin

Tinggi tempat : lebih dari 2500 m di atas permukaan laut.

Suhu : 6,2° C–11,1° C

Tanaman : Tidak ada tanaman budidaya.




Sumber.

Wardiyatmoko, K . 2013. Geografi Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/iklim/pembagian-iklim-di-dunia

http://geografisku.blogspot.com/2015/09/klasifikasi-iklim.html

https://www.kompas.com/pembagian-iklim-menurut-junghuhn-kppen-schmidt-ferguson-dan-oldman


 


 


 

Thursday, 4 February 2021

Kelas X. Sem 2 Bab I. Perbedaan Iklim dan Cuaca, Pengertian, Unsur Pembentuk & Alat Ukur

Berdasarkan penjelasan situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), istilah Cuaca menunjukkan pada kondisi atmosfer sesaat, yakni dalam rentang waktu menit, jam, hingga hari di suatu tempat tertentu.

Sedangkan istilah Iklim merujuk pada keadaan atmosfer dalam periode yang panjang serta dalam wilayah yang luas. Maka itu, iklim kerap disebut juga statistik atau sintesa dari keadaan cuaca.

Jadi, istilah cuaca berkaitan dengan keadaan udara di suatu tempat yang cenderung lebih kecil dan terjadi dalam waktu singkat. Sementara Iklim menunjukkan pola kejadian cuaca rata-rata di suatu wilayah yang lebih luas dalam waktu relatif panjang.

Masih mengutip penjelasan BMKG, rata-rata periode waktu untuk mendeskripsikan iklim mencapai lebih dari 30 tahun. Iklim pun mencakup wilayah yang luas. Misalnya, sebuah wilayah dinyatakan memiliki iklim tropis.



Apabila didetailkan, berikut adalah ringkasan persamaan serta perbedaan Cuaca dan Iklim.

Persamaan cuaca dan iklim

  • Sama-sama gambaran parameter fisis keadaan/kondisi atmosfer.
  • Sama-sama dibentuk unsur: suhu udara, kelembapan, curah hujan, arah-kecepatan angin.
  • Sama-sama diukur dengan alat termometer, higrometer, penakar hujan dan anemometer.

Perbedaan cuaca dan iklim

  • Skala waktu terjadinya cuaca lebih singkat dan sempit daripada iklim.
  • Data cuaca diperoleh seketika saat dilakukan pengamatan keadaan atmosfer.
  • Data iklim diperoleh setelah catatan cuaca dalam jangka panjang terkumpul.
  • Ilmu tentang cuaca disebut meteorologi.
  • Ilmu tentang iklim disebut klimatologi.

Baca juga: Litosfer

Maka itu, kalimat yang merujuk pada istilah Cuaca akan berbunyi: suhu udara di Jakarta hari ini mencapai 30 derajat celcius. Adapun contoh kalimat yang merujuk pada pembahasan terkait tema Iklim, adalah: suhu udara di Jakarta sepanjang tahun berkisar 30 derajat celcius.

Untuk lebih memahami apa itu Cuaca dan Iklim, perlu diketahui sejumlah unsur pembentuk kedua kondisi ini. Menurut BMKG, setidaknya ada 7 unsur pembentuk Cuaca dan Iklim, yakni:

  1. Penyinaran matahari
  2. Suhu udara
  3. Kelembapan udara
  4. Penguapan
  5. Tekanan udara
  6. Arah dan kecepatan angin
  7. Presipitasi (bentuk cair adalah hujan dan bentuk padat adalah salju).



Alat Ukur Unsur-unsur dalam Cuaca dan Iklim

Alat ukur yang digunakan dalam pengamatan unsur-unsur dalam cuaca dan iklim berbeda-beda sesuai dengan tujuannya masing-masing. Namun, alat pengukur cuaca dan iklim harus memiliki kualifikasi yang berupa: kuat dan tahan lama; punya ketelitian dan kepekaaan tinggi; dan sederhana dalam hal pengoperasian maupun perawatan.

Akurasi alat pengukur cuaca dan iklim bergantung jenis dan cara pengoperasiannya. Alat pengukur cuaca dan iklim yang bersifat otomatis akan menghasilkan data lebih akurat dibanding manual. Di bawah ini penjelasan mengenai alat ukur Cuaca dan Iklim berdasar unsur pembentuknya.

1. Alat Ukur Penyinaran Matahari

Dinamika cuaca dan iklim digerakkan oleh radiasi matahari yang sampai ke bumi. Radiasi tersebut, menyebabkan suhu udara berubah. Perbedaan suhu udara di permukaan bumi diikuti perbedaan tekanan udara yang menyebabkan pergerakan angin. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah radiasi matahari sampai ke permukaan bumi.

Pertama, lintang tempat. Sepanjang tahun, lintang tempat daerah di permukaan yang rendah akan menerima penyinaran matahari lebih konsisten.

Kedua, revolusi bumi. Sudut datang matahari yang jatuh pada permukaan bumi, akan dipengaruhi oleh revolusi bumi. Ini menghasilkan variasi musim karena perbedaan panjang siang dan malam.

Maka, terdapat dua aspek pengukuran penyinaran matahari, yakni lama penyinaran matahari, dan intensitas radiasi matahari.

Tujuan pengukuran lama penyinaran matahari salah satunya ialah: mengukur durasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dalam satu hari. Lama penyinaran matahari menentukan jumlah radiasi matahari yang sampai ke bumi.

Alat untuk mengukur lama penyinaran matahari adalah Sunshine Recorder. Alat ukur ini umumnya berjenis Campbell Stokes. Prinsip kerja Campbell Stokes adalah saat sinar matahari mengenai bola gelas, ia akan difokuskan hingga mampu membakar pias yang ada di bawahnya.



Adapun pengukuran intensitas radiasi matahari bertujuan: mengetahui energi radiasi yang jatuh di permukaan bumi. Jatuhnya radiasi itu baik secara langsung maupun dibaurkan oleh atmosfer. Alat ukur yang digunakan mengukur intensitas radiasi matahari yaitu Gun Bellani dan Actinograph.

Gun Bellani dip


akai buat mengukur akumulasi harian intensitas gelombang pendek sinar matahari, maupun atmosfer yang jatuh pada permukaan bumi. Sedangkan Actinograph merupakan alat ukur radiasi matahari otomatis. Actinograph menghasilkan pengukuran radiasi gelombang pendek dari matahari dan atmosfer berupa grafik di sebuah pias. Prinsip kerja Actinograph adalah pada saat radiasi mencapai sensor berupa bimetal, maka perubahan panas akan membengkokkan keping bimetal itu.

Baca Juga: Pengaruh Rotasi dan Revolusi Bumi

2. Alat Ukur Suhu Udara


Suhu udara dipahami sebagai keadaan panas atau dinginnya suatu benda. Sehingga, suhu udara merupakan suhu panas atau dinginnya udara di suatu tempat pada waktu tertentu.

Dilansir dari laman resmi Ruang Guru, pemanasan udara diperoleh dari dua proses. Dua proses itu adalah: pemanasan langsung (proses ini terdiri dari absorpsi, refleksi, dan difusin) dan pemanasan tidak langsung (proses ini terdiri dari konduksi, konveksi, dan difusi).

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi suhu udara, yakni transparansi atmosfer, sudut datang sinar matahari, lama penyinaran, besarnya energi yang dikeluarkan matahari, serta jarak bumi dan matahari, ketinggian tempat, jarak dari laut, relief muka bumi, dan pengaruh angin.



Pengamatan atau pengukur suhu udara menggunakan satu set termometer yang terdiri dari:

Termometer bola kering, yang digunakan untuk mengukur suhu udara biasa

Termometer bola basah, yang digunakan untuk mengukur suhu titik embun

Termometer maksimum, yang digunakan untuk mengukur suhu tertinggi dalam satu hari

Termometer minimum, yang digunakan untuk mengukur suhu terendah dalam satu hari


3. Alat Ukur Kelembapan udara


Kelembapan udara adalah kandungan uap air di udara. Uap air tersebut berasal dari evaporasi dan transpirasi atau penguapan dari tumbuhan. Kelembapan udara ada dua jenis yaitu: kelembapan absolut; dan kelembapan relatif. Alat ukur kelembapan udara adalah Psychrometer.



Psychrometer terdiri dari, termometer bola kering dan bola basah. Termometer bola basah adalah termometer biasa yang dilengkapi dengan kain muslin dalam keadaan basah.


4. Alat Ukur Penguapan


Penguapan merupakan mekanisme masuknya air ke atmosfer. Mekanisme tersebut adalah bagian dari siklus hidrologi atau siklus kehadiran dan pergerakan air di bumi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju penguapan yaitu, suhu udara, kecepatan angin, dan sinar matahari. Alat ukur penguapan adalah Panci Penguapan Terbuka (Open Pan) dan untuk di ruangan adalah Piche Evaporimeter.


Panci penguapan akan menunjukkan tebalnya lapisan air yang menguap di alam terbuka seperti danau, laut, dan sungai. Sementara Piche Evaporimeter untuk mengukur laju penguapan dalam ruangan.


5. Alat Ukur Tekanan Udara

Tekanan udara merupakan tenaga yang menggerakan massa udara dalam setiap satuan tertentu. Biasanya, tekanan udara berkaitan dengan tinggi suatu tempat tertentu.

Alat ukur tekanan udara adalah, Barometer. Saat digunakan, Barometer akan ditempatkan pada ketinggian 120 cm di suatu ruangan tertutup atau tidak terkena sinar matahari langsung.


6. Alat Ukur Arah dan Kecepatan Angin

Gaya penyebab angin muncul karena perbedaan tekanan pada dua tempat yang berbeda. Gaya tersebut dinamakan dengan gaya gradien tekanan. Alat ukur angin yaitu anemometer.

Anomemeter terdiri dari dua bagian: Wind Vane dan Cup Counter. Wind Vane untuk menentukan arah dari mana angin berhembus dalam derajat atau mata angin. Apabila angin timur, maka angin akan berhembus dari timur ke barat. Adapun Cup Counter untuk mengukur kecepatan angin.

7. Alat Ukur Curah Hujan

Curah hujan merupakan peristiwa jatuhnya berbagai bentuk air alami dari massa udara. Massa udara ini ukurannya lebih tebal dan telah mengalami kondensasi ke permukaan bumi. Bentuk-bentuk air yang jatuh ke permukaan bumi, diantaranya titik air, salju, hingga es.

Hujan dibedakan menjadi empat jenis berdasarkan intensitasnya, yaitu:

  1. Hujan halus atau hujan dengan titik airnya halus yang berjari-jari 0,04 sampai 0,03 mm.
  2. Hujan gerimis atau hujan dengan titik airnya juga halus, tapi banyak jumlahnya.
  3. Hujan sebenarnya atau hujan dengan titik airnya berjari-jari 0,3 sampai 3 mm, dan jatuh dengan kecepatan 3 meter per detik.
  4. Hujan lebat atau hujan yang turunnya amat kuat, biasanya turun hanya sebentar dan jatuh dari awan cumulonimbus. Bentuknya bisa berupa hujan salju, hujan es atau hujan pada umumnya.

Hujan juga dibedakan berdasarkan waktunya yaitu, muson, hujan musim dingin, dan hujan musim panas.

Alat ukur curah hujan adalah penakar hujan yang terdiri dari penakar hujan tipe observatorium (PH Obs) dan penakar hujan otomatis (PH Hellman). PH Obs merupakan alat ukur curah hujan manual dengan menggunakan gelas penakar. Sementara PH Hellman adalah alat ukur curah hujan secara otomatis dengan menghasilkan grafik curah hujan pada kertas pias.


Sumber:

Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

Sindhu P. Yasinto. 2016. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga

https://tirto.id/perbedaan-iklim-dan-cuaca-pengertian-unsur-pembentuk-alat-ukur